skip to main | skip to sidebar

11/19/2010

Kebacut... Tahu 150 TKW Panik, Rombongan DPR Ngeloyor ke Mobil Sewaan

Cerita pilu Sumiati, tenaga kerja wanita (TKW) yang disiksa majikan di Arab Saudi, menghiasi pemberitaan media. Sikap abai ternyata tidak hanya dilakukan majikan yang kejam di negeri orang. Para wakil rakyat, yang menjadi Anggota DPR RI pun menunjukkan sikap abai saat rakyat yang memilihnya tengah kelimpungan di negeri seberang.

Rombongan Anggota DPR yang tengah kunjungan kerja ke Moskwa, Rusia, dilaporkan ”menelantarkan” 150-an TKW Indonesia yang kebingungan di Dubai. Di antara TKW itu ada yang kedua tangannya melepuh karena disiram air keras oleh majikan di Arab Saudi. Seorang TKW lain mengalami pendarahan di perut.

”Mereka egois sekali. Tidak ada satu pun peduli dengan nasib rakyat yang mereka wakili yang tengah kebingungan. Mereka menelantarkan para TKW di Dubai,” tutur Adiati Kristiarini, warga Indonesia yang mendampingi para TKW, dalam perbincangan dengan kompas.com beberapa waktu lalu.

Adiati menceritakan, peristiwa itu terjadi Sabtu (6/11). Ia bersama suaminya transit di Bandara Dubai dalam penerbangan New York-Jakarta. Di Gate 206, mereka menunggu keberangkatan Pesawat Emirates nomor penerbangan EK 358 tujuan Jakarta yang dijadwalkan berangkat pukul 10.25 waktu setempat.

Di situ, menunggu pula rombongan TKW 150-an orang. Para TKW itu tak saling kenal dan tidak pergi dalam satu koordinasi kelompok. Secara kebetulan saja mereka bertemu di bandara. Ada juga rombongan anggota DPR hendak pulang seusai studi banding di Rusia.

Sekitar 30 menit menunggu, tutur Adiati, ada pengumuman bahwa penerbangan ke Jakarta dibatalkan karena lalu lintas udara Indonesia tidak aman akibat letusan Merapi. Para penumpang lalu diarahkan menuju hotel. Dari sinilah kepanikan dimulai. Para TKW bingung. Mereka tak tahu harus berbuat apa, sementara petugas Emirates kurang informatif.

Menurut Adiati, sebelum tiba di hotel yang terletak di luar bandara, mereka harus melewati sejumlah prosedur. Inilah yang membingungkan TKW, sebab banyak di antara mereka tak bisa berbahasa Inggris. ”Saya dan beberapa orang Indonesia lain lalu berinisiatif membantu mereka,” ujarnya.

Agus Safari, seorang peneliti yang juga transit di Dubai dari Rusia, menceritakan dalam e-mail-nya kepada kompas.com, prosedur dari bandara menuju hotel memang berbelit. Pertama, penumpang antre mendapatkan visa sponsorship. Setelah itu cek imigrasi. Mereka lalu harus ke loket untuk cap kartu visa. Kemudian antre scan mata di satu sudut yang cukup jauh dari counter cap.

Sejumlah orang Indonesia, tutur Agus, spontan mengarahkan para TKW yang bingung. Di tengah keriuhan, menurut Agus, rombongan anggota DPR tampak duduk berkelompok di ruang tunggu, sementara kartu visa mereka dikerjakan agen tur mereka. Agus mengenali mereka anggota DPR, sebab ia satu pesawat dalam penerbangan dari Rusia. Temannya di Kedutaan Besar Rusia memberi tahu Agus soal rombongan itu.

”Saya heran, kok mereka tak tergerak ya mengatasi rakyat yang memilih mereka sedang panik dan bingung. Mereka hanya tertawa dan ngobrol. Masya Allah…,” cerita Agus.

Di antara orang Indonesia yang membantu TKW ada juga Riny Konig. Ia transit di Dubai dalam penerbangan dari Swiss. Menurut Riny, karena kesulitan komunikasi, banyak TKW yang dibentak petugas bandara. ”Di sebelah saya ada orang-orang Indonesia dengan paspor biru. Mereka diam saja melihat para TKW dibentak-bentak,” tutur Riny beberapa waktu lalu.

Rombongan penumpang Emirates itu akhirnya tiba di Hotel Holiday Inn, Sabtu (6/11). Di sini, para TKW kembali gaduh. Mereka bingung urusan pembagian kamar. Riny Konig, Adiati, Agus, dan sejumlah orang Indonesia turun tangan lagi.

Riny menuturkan, saat mereka sibuk mengoordinasi TKW, tiba-tiba seorang perempuan menegurnya. ”Bu, tolong dong dibilangin rombongannya jangan ribut, malu-maluin negara aja, kan enggak enak,” tegur perempuan itu kepada Riny.

”Rombongan mana, Bu?” tanya Rini. ”Itu, rombongan TKW,” kata perempuan itu.

”Lha, saya bukan TKW, Bu. Saya ini ingin pulang ke Indonesia, berlibur, kebetulan bertemu mereka. Mereka ribut karena bingung, banyak yang bertahun-tahun enggak pulang, kasihan. Ibu mau liburan juga?” tanya Rinny.

”O enggak, saya baru pulang dari Moskow, tugas negara,” kata perempuan itu. Belakangan, Riny tahu perempuan itu adalah anggota DPR yang habis studi banding di Moskwa.

Tangan Melepuh
Adiati menceritakan, di antara TKW ada seorang yang kedua tangannya melepuh disiram air keras oleh majikannya di Arab Saudi. Matanya merah karena dicolok majikan. ”Dia dari Karawang. Baru seminggu kerja sudah mendapat kekerasan. Ia tak punya uang sama sekali. Cuma bawa tas kecil berisi dua pakaian. Ia diam terus. Kasihan sekali,” tuturnya.

Ada pula seorang TKW mengalami pendarahan perut. Namanya Ipah. Adiati yang mendampingi Ipah selama di hotel menceritakan, Ipah terus berbaring selama menunggu kepastian terbang.

”Tidak ada satu pun anggota Dewan yang terhormat itu menaruh perhatian pada nasib dua TKW ini,” ucap Adiati kesal.

Esoknya, Minggu (7/11), ”relawan” Indonesia dan para TKW ”konsolidasi” di lobi hotel, supaya mudah koordinasi jika ada pengumuman kapan pesawat ke Jakarta akan terbang.

Adiati menuturkan, saat para ”relawan” sibuk mendata TKW, seorang lelaki berdiri menonton. ”Spontan saya bilang ke dia, Pak, mestinya Bapak yang ngurusin para pahlawan devisa ini, kan Bapak anggota DPR. Ini di depan mata Bapak jelas-jelas ada rakyat Bapak kesusahan, kasihan kan,” kata Riny.

”Maaf, Bu. Saya bukan anggota DPR,” kata lelaki itu. Ia mengetahui kemudian, lelaki itu adalah petugas agen travel yang mengurus perjalanan rombongan DPR. Lelaki itu lalu berbalik dan bergabung dengan rombongan DPR. Beberapa orang dari mereka sempat menoleh saat ia berbicara dengan lelaki dari agen travel itu. ”Mereka malah ngeloyor keluar menuju mobil sewaan,” kata Rini.

Minggu sore, mereka mendapat kabar pesawat berangkat pukul 01.00 waktu Dubai. Kembali terjadi kegaduhan. ”Tidak semua TKW dapat terangkut oleh bus yang disediakan. Jadi kami berangkat bertahap ke bandara,” ujar Agus.

Agus heran, di bandara ia tidak melihat seorang pun rombongan DPR. ”Rupanya mereka sudah pulang naik penerbangan pukul 20.00,” kata dia.

Menurut catatan kompas.com, anggota DPR yang ke Rusia adalah rombongan Komisi V yang studi banding terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) Rumah Susun. Selain ke Rusia, Komisi V juga studi banding yang sama ke Italia.

Informasi yang dihimpun kompas.com, anggota rombongan itu terdiri dua dari FPAN, 4 dari F-Golkar, 4 dari F-Demokrat, 2 dari FPDIP, 1 dari FPKS, 1 dari FPPP, 1 dari FPKB, dan 1 dari Fraksi Gerindra.

Sekjen DPR Nining Indrasaleh, Selasa (2/11), mengatakan, anggota Komisi V itu berangkat 1 November. Nining mengungkapkan, anggaran untuk ke luar negeri ini untuk satu pembuatan UU Rp 1,7 miliar.

Nining menjelaskan, sesuai Peraturan Menteri Keuangan No 01/PM02/2009 tentang standar biaya umum 2010, anggota DPR mendapat jatah uang harian 509 dolar AS per hari. Uang harian itu mencakup transportasi lokal, biaya makan, hotel, termasuk uang saku.

Sebelumnya, banyak kecaman terhadap anggota DPR ke luar negeri. Kecaman kian kencang setelah bencana menghantam di berbagai daerah. Parpol pun telah melarang kadernya ke luar negeri. Namun, larangan itu hanya angin lalu.kompas.com

2 komentar:

  1. Tidak salah memang jika mendiang Gus Dur, beliau mengatakan anggota DPR seperti kumpulan anak TK, entahlah apakah memang banyak manusia sampah yang direkrut partai, kebetulan punya uang, atau memang Institusinya yang mesti dibubarkan saja..!!

    Mari kita nilai ungkapan Bapak Suhud anggota komisi IX DPR RI di metrotv, kenapa ya masih tidak punya malu...
    Kontradiksi dengan kenyataan diatas..


    Metro Siang / Umum / Minggu, 21 November 2010 12:30 WIB

    Metrotvnews.com, Situbondo: Anggota Komisi IX DPR RI Suhud sangat menyayangkan maraknya kekerasan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Hal itu diungkapkan wakil rakyat dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) saat mendatangi rumah seorang TKI, Husna, yang menjadi korban penganiayaan majikan di Arab Saudi.

    Husna mengalami patah tulang setelah dianiaya majikannya. Selain itu, majikan belum membayar gaji Husna selama dua tahun. Hingga kini, Husna masih berada di Madinah.

    Pihak keluarga mengaku mendapat telepon dari teman Husna. Temannya itu menginformasikan kondisi terakhis Husna setelah dianiaya. Lantaran itu, pihak keluarga meminta pemerintah Indonesia membantu Husna.(***)

  2. Saya ibu surthy tki singapore saya hadir berkomentar di dalam blog ini,cuma ingin menceritakan kisah nyata,sekaligus mau mengucapkan banyak terima kasih kepada Mbah Sero,atas bantuannya semua hutang2 saya sudah pada lunas,nomor togel yang Mbah berikan lansung 4d bocoran singapore,syukur alhamdulillah tembus dapat kemenangan 800.juta,itu dalam bentuk uang indo,kemarin saya sangat bingun karna hutang banyak,syukur sekarang sudah senang tidak memikirkan hutang lagi,saya tidak akan melupakan bantuan Mbah,apa bila saya sudah pulang ke indo saya akan berkunjung kepondok Mbah untuk silatu rahmi,bagi saudarah2 yang lagi terlilit hutang jangan anda putus asa,kalau mau sukses seperti saya silahkan tlpn atau sms Mbah Sero di nomor O82~370~357~999 beliau seorang paranormal yang bisa di percaya,karna sudah memberikan bukti,ingat kesempatan tidak akan datang untuk kedua kali,jadi giliran anda untuk membuktikannya terima kasih..

Posting Komentar