skip to main | skip to sidebar

11/07/2010

Tes Osis, Siswa Dipaksa Mengemis

TUBAN - SURYA- Aksi perpeloncoan terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri I Tuban. Dalam proses seleksi pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) periode 2010-2011 yang digabung dengan latihan dasar kepemimpinan (LDK) itu, para siswa kelas X dan XI diperintah seniornya menjadi pengemis di jalanan dan pasar, Minggu (31/10).

Beberapa di antara mereka hanya mengenakan jarik (selendang) sebagai penutup tubuh dan mengenakan ember plastik sebagai penutup kepala. Tak hanya itu, siswa-siswi itu juga hanya mengenakan satu sepatu sebagai alas kaki untuk berkeliling di jalanan di siang hari yang panas itu.

Busana semrawut itu dipadu dengan sobekan kardus bertuliskan nama mereka masing-masing yang digantung menggunakan tali di leher sampai ke dada. Itu pun bukan menggunakan nama asli peserta, melainkan memakai nama jajanan seperti Ote-ote, Tiwul, Telo, Jemblem, dan sebagainya.

Tugas dari para seniornya dengan dalih untuk melatih mental sebelum menjadi pengurus OSIS itu wajib dilakukan semua siswa yang ikut dalam acara tersebut. Dengan busana tidak karuan, mereka diminta jalan kaki, antara lain, melewati Jl dr Wahidin Sudirohusodo, Jl Parmuka, bahkan sampai ke Pasar Baru Tuban di Jl Mohammad Yamin.

Ironisnya, di sepanjang jalan itu para siswa diminta mengemis alias meminta barang atau uang kepada siapa saja yang mereka temui. “Selain disuruh meminta barang atau uang dan sebagainya, kita juga disuruh mencatat nama dan alamat orang yang kita temui,” kata Alfin, siswa kelas X SMKN I Tuban saat melintas di Jl Pramuka. Demikian halnya yang dilakukan siswa lainnya.

Siswa-siswi yang berpakaian aneh itu juga berkeliling di dalam Pasar Baru Tuban sambil menyanyi di pusat keramaian layaknya pengamen jalanan. Beberapa di antara mereka juga ada yang memijat sejumlah warga di dalam pasar demi memenuhi tugas para seniornya. “Saya pijat ya Pak, nggak apa-apa, yang penting saya nanti diberi sesuatu dan dikasih tahu nama serta alamatnya,” ujar siswa tersebut.

Hal sama dilakukan Dedi, siswa kelas XI. Ia mengaku disuruh seniornya untuk melakukan hal-hal aneh itu dengan dalih untuk mengetes atau menguji mentalnya sebelum menjadi pengurus OSIS. “Sebelumnya juga ada acara jurit malam pada Sabtu malam kemarin. Semua itu katanya untuk mengetes mental kami,” ujar Dedi.

Para pengguna jalan yang sempat bertemu dengan siswa-siswi tersebut mengaku prihatin dengan acara perpeloncoan tersebut. “Lha iya, zaman seperti ini kok masih ada model perpeloncoan seperti itu. Apa gurunya nggak kasihan,” ujar Muchlip, warga Kecamatan Montong setelah bertemu dengan salah satu siswa peserta di Jl Pramuka.

Diceritakan bapak satu anak ini, ada dua siswa peserta yang meminta sesuatu barang kepadanya. Karena tak membawa barang apa-apa, akhirnya kedua siswa itu diberinya uang receh Rp 200 untuk dibagi dua. “Katanya hanya sebagai syarat saja. Ya saya kasih uang recehan Rp 200. Tapi, sebelum pergi mereka juga mencatat nama saya beserta alamat lengkap,” ungkap lelaki bertubuh tambun ini.

Mengaku Tidak Tahu
Dikonfirmasi mengenai hal ini, Darto selaku Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMKN I Tuban mengaku tidak tahu permasalahan tersebut. Ia menuding semua itu merupakan kesalahan para siswa kelas XII sebagai panitia acara. “Memang ada acara tahunan di sekolah. Namun, kalau ada proses perpeloncoan seperti itu, saya belum tahu. Tapi, mungkin saja itu acara spontan para panitia,” dalihnya, Minggu (31/10).

Menurutnya, kegiatan ini merupakan acara tahunan yang diadakan sekolah. “Acaranya hanya dua hari, Sabtu dan Minggu. Tapi, semua ditangani para siswa kelas XII yang terbentuk dalam panitia. Jadi, saya kurang tahu detail tentang acaranya bagaimana,” ujar Darto.

Pihak sekolah, sambungnya, juga tak pernah mengizinkan jika ada perpeloncoan semacam itu. Ia berjanji, pihak sekolah akan melakukan evaluasi tahunan terkait masalah perpeloncoan yang dilakukan anak didiknya tersebut. “Kalau memang terjadi hal seperti itu, kita akan evaluasi,” sambung guru di sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI) ini.

Secara terpisah, Riza Shalahuddin Habibi selaku Ketua Forum Pengamat Pendidikan Tuban (FPPT) mengecam keras proses tes OSIS dan LDK yang dilakukan di SMKN 1 tersebut. “Kita mengecam keras aksi perpeloncoan terhadap siswa. Sebab, semua itu tidak akan memberikan manfaat untuk proses pendidikan siswa. Hal seperti itu justru akan meruntuhkan martabat dunia pendidikan,” kata Riza, Minggu (31/10).

Ditegaskan, aksi perpeloncoan terhadap peserta didik seperti ini jelas merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Sebab, semua itu merupakan aksi merendahkan martabat peserta didik. “Alasan untuk menguji mental, menguji keberanian, atau sebagainya itu tetap saja harus memanusiakan manusia. Kalau dilakukan dengan cara merendahkan peserta didik, jelas pelanggaran HAM,” tukas pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) As Shomadiyah itu.

FPPT juga mendesak kepada Dinas Pendidikan supaya lebih pro aktif mengatasi segala masalah yang terjadi di dunia pendidikan di Tuban. Pasalnya, selama ini banyak masalah yang kurang ter-cover lantaran kurangnya kepedulian dari Dinas dalam memantau dan mengawasi kegiatan-kegiatan dan masalah yang terjadi di lingkup dunia pendidikan di Tuban.

“Menindaklanjuti permasalahan ini, kami juga akan meminta pertanggungjawaban pihak sekolah, dalam hal ini Kepala Sekolah ataupun pejabat di sekolah yang berwenang terhadap aksi perpeloncoan tersebut. Kenapa, aksi seperti ini bisa terjadi dan bisa diloloskan atau diizinkan oleh pihak sekolah,” janjinya.-emtovic-
http://www.surya.co.id/2010/11/01/tes-osis-siswa-dipaksa-jadi-pengemis.html

0 komentar:

Posting Komentar